Kamis, 05 Januari 2012


Tugas : MK. Estetika dan Stilistika



SAJAK SEORANG TUA di BAWAH POHON

Karya: W.S. Rendra

aaaaaUDAYANA









Oleh :

FEBY ARY BUDISANY PUTRI (1001105001)




SASTRA INDONESIA
FAKULTAS SASTRA
UNIVERSITAS UDAYANA
 2011/2012


Pendahuluan
Sastra adalah karya sastra imajinatif  bermedia yang nilai estetikanya bernilai dominan. Melalui karya sastra seorang pengarang bermaksud menyampaikan informasi, gambaran atau pesan tertentu kepada pembaca. Sesuatu yang disampaikan itu biasanya merupakan gagasan tentang kehidupan yang ada disekitar pengarang.

Dalam karya sastra ada yang dinamakan nilai stilistika dan estetika. Nilai stilistika adalah pengetahuan cara penggunaan bahasa kususnya dalam sastra. Tujuannya untuk menimbulkan efek keindahan. Sedangkan nilai estetika adalah nilai keindahan. Semua karya sastra atau karya seni memiliki keindahan apabila terdapat keutuhan antara bentuk dan isi, keseimbangan dan keserasian penampilan dari karya seni yang lain.

 Setiap seniman memiliki nilai estetika dan stilistika didalam dirinya, akan melihat hal-hal yang berada disekitar mereka dapat mengoprasikan nilai-nilai estetika dan stilistika yang berbeda-bedadi dalam dirinya. Contohnya tolak ukur kecantikan terhadap seorang gadis berbeda-beda. Karya sastra, meskipun secara keseluruhan menggunakan medium bahasa, baik lisan maupun tertulis, selalu menampilkan keindahan yang berbeda-beda. Berubah sepanjang waktu.

Proses kreatif hampir sama pada semua karya seni. Pembedanya semata-mata karena penggunaan media. Atas dasar keterbatasan manusia di satu pihak, pendalaman terhdap objek di pihak yang lai, pada umumnya seniman hanya menguasai salah satu dari keberagaman karya seni yang ada. Estetika dan stilistik berkaitan dengan aspek-aspek mental psikologis. Karya seni diciptakan oleh seniman, maka kelompok pertama yang menikmatinya adalah para seniman itu sendiri, setelah itu baru dinikmati oleh masyarakat secara luas.

Sulit membedakan antara keindahan dan ketrampilan. Segala sesuatu bisa disebut indah, baik dalam kehidupan karya seni maupun dalam kehidupan sehari-hari, dilakukan melalui proses aktivitas yang terampil. Yang dengan sendirinya memanfaatkan teknik-teknik tertentu, sesuai dengan bidangnya. Semua orang memiliki aktivita, tetapi semuanya tidak melakukanya secara terampil. Karya yang dihasilkan tidak semuanya indah. Dalam keindayhan ada ketrampilan, meskipun belum tentu sebaliknya.
A. Estetika Sastra
1. HAKIKAT  ESTETIKA
            Kajian estetika akan mengungkap keindahan karya satra. Keindahan adalah ciptaan pengarang dengan seperangkat bahasa. Melalui eksplorasi bahasa yang khas, pengarang akan menampilkan aspek keindahan yang optimal. Keindahan adalah sebuah aplikasi dari intresa dan inscape. Intresa adalah pengaruh yang nyata dari tangan Tuhan terhadap cipta kreatif terhadap seorang sastrawan; sedangkan inscape adalah pemahaman atau kekuatan melihat sesuatu dengan pikiran dan hati sebagai suatu pundak realitas dalam sastra berdasarkan kebenaran Tuhan.
            Keindahan adalah dunia ide/gagasan yang terbesit siratan illahi. Jadi keindahan akan mengacu kepada Tuhan, keindahan dapat dibedakan menjadi tiga: (a) keindahan dalam arti luas. Yaitu keindahan yang identik dengan kebenaran, (b) keindahan dalam estetik murni, yaitu keindahan dalam pengalaman sastrawan, yang mempengaruhi seseorang merasa indah atau tak indah, (c) keindahan sederhana, yaitu keindahan yang hanya terbatas pada tangkapan panca indra.
            Menurut  Braginsky (Teeuw, 1988:354) ada tiga aspek keindahan. (1) dari aspek otologisnya, ada keindahan puisi sebagai pembayangan kekayaan Tuhan, (2) dari aspek imanen, dari yang indah, yang terungkapkan dalam kata-kata seperti ajaib, tamasya, dll, (3) dari aspek psikologis, yaitu efek kepada pembaca menjadi heran, birahi, suka, lupa dan sebagainya.Yang patut diketahui, estetika satra yang universal hampir tidak ada . keindahan karya satra umumnya terbatas pada wilayah itu sendiri. Maksudnya, estetika sastra Indonesia, Inggris, Jawa, Sunda dan sebagainya memiliki kekhasan masing-masing.
2. ANALISIS ESTIKA
            Jan Mukarovsky adalah pencetus penelitian model estetika. Ia menyebutkan bahwa munculnya telaah estetik tidak terlepas dari penelitian formalisme yang mengarah pada strukturalisme modern. Memang estetika struktural sering mendapat kecaman pedas, karena objek estetika itu sendiri kurang jelas. Estetika sendiri juga sering berubah-ubah pada setiap genre. Itulah sebabnya masalah estetika bisa menjadi kering, karena kkaburan apa yang hendak dilacak. Baru menjelang abad ke 20, muncul studi estetika Dessoir dalam bukunya Asthetik und Allgemeine Kunswissenschalft dia membagi dua estetika, yaitu (1) objektivisme estetik, adalah semua teori estetik yang dapat mencari ciri-ciri pembeda estetik berdasarkan aturan obyek, tidak dalam karakter tentang subyek yang menikmatinya, (2) Subyektivisme estetik, adalah teori yang memahami estetika sebagai suatu ilmu tentang jenis sikap, pemgalaman batin, aau gema psikis tertentu (Fananie, 2001:124).
            Mukarovsky membagi tahapan penelitian estetika menjadi tiga yaitu: (1) dicurahkan pada obyek itu sendiri yaitu organisasi internal karya yang sedang dikaji, (2) meneliti tertimologi sebagai “kesadaran sosial” yaitu perangkat norma-norma yang terpercaya untuk sebuah kolektivitas tertentu yang diimplemasikan oleh setiap karya satra, dan (3) subyek tidak lagi dipahami sebagai sarana struktur supra-individu yang pasif, tetapi sebagai suatu kekuatan yang beraksi dan berinteraksi dengan struktur-struktur tersebut dan mengubahnya selama terjadi individu itu.
            Estetika structural memberikan perhatian pada tiga fenomena yang secara tetap saling berpengaruh, yaitu artistik, estetik, estra astistik dan ekstra estetik, dan tegangan yang ada diantara bidang tersebut saling mempengaruhi pengembangan masing-masing. Dalam nukunya Aesthetics Funtian, Norm, and Values as Social Facts, Mukarovsky memberikan tiga konsep aksologi estetik yang terdiri atas fungsi, norma, dan nilai. Fungsi berarti hubungan aktif antara objek dan tujuan dipainya objek tersebut. Nilai adalah keagungan objek tersebut dalam suatu hasil. Norma adalah aturan yang mengatur bidang dari bermacam-macam fakta atau kategori nilai. Selain itu, selain itu bidang yang ditonjolkan dalam estetik satra ialah pembalikan kelaziman hubungan antara norma dan nilai.
            Pengalaman estetik pembaca akn bergabung dengan tanda (semiotik) teks sastra yang terus-menerus untuk menentukan makna. Akibatnya terdapat hubungan dinamik dan tegangan yang kontinuantara teks, pencipta, dan pembaca. Hubungan ketiganya akan terjalin dalam proses konkretisasi. Yakni, suatu proses pemaknaan karya satra. Proses estetika structural ini berkembang menjadi dynamic.

Pembahasan

SAJAK SEORANG TUA di BAWAH POHON

Inilah sajakku,
seorang tua yang berdiri di bawah pohon meranggas,
dengan kedua tangan kugendong di belakang,
dan rokok kretek yang padam di mulutku.

Aku memandang jaman.
aku melihat gambaran ekonomi
di etalase toko yang penuh merk asing,
dan jalan-jalan bobrok antar desa
yang tidak memungkinkan pergaulan.
Aku melihat penggarongan dan pembusukan.
Aku meludah di atas tanah.

Aku berdiri di muka kantor polisi.
Aku melihat wajah berdarah seorang demonstran.
Aku melihat kekerasan tanpa undang-undang.
Dan sebuah jalan panjang
penuh debu,
penuh kucing-kucing liar,
penuh anak-anak berkudis,
penuh serdadu-serdadu yang jelek dan menakutkan.

Aku berjalan menempuh matahari,
menyusuri jalan sejarah pembangunan,
yang kotor dan penuh penipuan.
Aku mendengar orang berkata:
‘’Hak azasi manusia tidak sama di mana-mana.
Di sini, demi iklim pembangunan yang baik,
kemerdekaan berpolitik harus dibatasi.
Mengatasi kemiskinan
meminta pengorbanan sedikit hak azazi,’’
Astaga, tahi kerbo apa ini!

Apa disangka kentut bisa mengganti rasa keadilan ?
Di negeri ini hak azazi dikurangi
justru untuk membela yang mampu dan kaya.
Buruh, tani, nelayan, wartawan, dan mahasiswa,
dibikin tak berdaya.

O, kepalsuan yang diberhalakan,
berupa jauh akan bisa kau lawan kenyataan kehidupan.

Aku mendengar bising kendaraan.
Aku mendengar pengadilan sandiwara.
Aku mendengar warta berita:
Ada gerilya kota merajalela di Eropa.
Seorang cukong bekas kaki tangan facist,
seorang yang gigih, melawan buruh,
telah diculik dan dibunuh,
oleh golongan orang-orang yang marah.

Aku menatap senjakala di pelabuhan.
Kakiku ngilu,
dan rokok di mulutku padam lagi.
Aku melihat darah di langit.
Ya ! Ya ! Kekerasan mulai mengeluarkan senjata.
Bajingan dilawan secara bajingan.
Ya ! Inilah kini kemungkinan yang mulai menggoda orang.
Bila pengadilan tidak menindak bajingan resmi,
maka bajingan jalanan yang akan mengadili.
Lalu apa kata nurani kemanusiaan ?
Siapakah yang menciptakan keadaan darurat ini ?
Apakah orang harus meneladan tingkah laku bajingan resmi ?
Bila tidak, kenapa bajingan resmi tidak ditindak ?
Apakah kata nurani kemanusiaan ?

Sajak di atas mempunyai masing-masing makna. Berikut dibicarakan dari sudut estetika bahasa, khususnya gaya bahasa puisi di atas.

  1. Sajak yang berjudul //Sajak/ Seorang/ Tua/ di/ Bawah Pohon//
Penyair memilih kata /sajak/ yang pertama untuk menerangkan bahwa ini adalah sajak. Sajak sendiri memiliki makna suara hati penyairnya, sajak lahir daripada jiwa dan perasaan (H.B.Jassin). Memilih kata /seorang/ karena hanya satu orang saja. Kata /tua/ karena dianggap sudah tua dan tak berdaya. Tidak memiliki tenaga yang kuat. Kata /di/ mempunyai arti sebagi penunjuk keterangan tempat. /bawah pohon/ adalah keterangan tempat atau lokasi yang dimaksudkan. Oleh karena itu penyair memilih kata /di/ Bawah/Pohon/ untuk menunjukkan tempat atau lokasi kejadian yang menerangkan bahwa ada seorang tua tak berdaya berada di bawah pohon.

Baris pertama. //Inilah/ sajakku//. Kata /Inilah/ artinya menunjukkan atau mengatakan sesuatu yang ingin disampaikan oleh penyair. Apalagi dikaitkan dengan /sajakku/ bahwa yang ingin ditunjukkan atau dikatakan adalah sajaknya dia. Penyair memilih kata /sajakku/ bukan kata lain misalnya puisiku, atau ceritaku. Pemilihan kata /sajakku/ disebabkan kata ini memiliki muatan estetis yang lebih kuat dibandingkan dengan kata lain.

Baris kedua. //seorang/ tua/ yang/ berdiri/ di/ bawah pohon/ meranggas//. Penggunaan kata /seorang/ mempunyai arti satu orang tidak lebih. Kata /tua/ dianggap sudah tua dan tak berdaya. Tidak memiliki tenaga yang kuat. Kata /yang/ merpakan kata sambung. Kata /berdiri/ dipilih oleh penyair untuk menerangkan seorang tua dengan keadaan tidak duduk. Kata /di/ mempunyai arti sebagai penunjuk keterangan tempat. /bawah pohon/ adalah keterangan tempat atau lokasi yang dimaksudkan. Penyair memilih kata /di/ Bawah/Pohon/ untuk menunjukkan tempat atau lokasi kejadian. /seorang/ tua/ yang/ berdiri/ di/ bawah pohon/ ini merupakan perulangan (repetisi) dari judul di atas. Sedangkan kata /meranggas/  dipilih oleh penyair untuk menambah intensitas dan estetika.


Baris ketiga. //dengan/ kedua/ tangan/ kugendong/ di/ belakang//. Kata /dengan/ merupakan kata penghubung, yang berfungsi untuk menghubungkan kata berikutnya. Kata /kedua/ menunjukkan jumlah, apalagi dikaitkan dengan kata /tangan/ karena tangan sudah pasti dua, tidak pernah akan ada kurang dari satu atau lebih. Kecuali cacat. Kemudian, kata /kugendong/ yang bermakna menggendong atau mendukung miliknya sendiri, apalagi kata berikutnya /di/ kata ini mempunyai arti sebagai penunjuk keterangan tempat. /belakang/ adalah keterangan tempat yang dimaksudkan. Yang mempunyai arti bagian atau arah yang menjadi lawan muka (depan). Jadi maksudnya dengan kedua tangannya digendong atau didukung di belakang (di pinggang).

Baris keempat. //dan/ rokok/ kretek/ yang/ padam/ di/ mulutku//. Kata /dan/ berfungsi sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang ada di belakangnya. Kata /rokok/ mempunyai arti benda yang memiliki bentuk panjang yang cara penggunaanya dihisap. /kretek/ adalah nama dari rokok itu. Kata /yang/ merupakan kata sambung. Kata /padam/ dipilih oleh penyair karena meiliki nilai estetika yang tinggi. Dan mempunyai makna mati atau tidak nyala.
Kata /di/ kata ini mempunyai arti sebagai penunjuk keterangan tempat. Kata /mulutku/ memiliki makna tempat untuk memasukkan sesuatu atau tempat untuk mengeluarkan kata-kata.

Baris kelima. //Aku/ memandang/ jaman//. Kata /aku/  memiliki makna kata ganti orang pertama. Dan menunjukkan diri sendiri. Kata /memandang/ dipilih oleh penyair karena lebih tepat bila dibandingkan dengan kata melihat. Karena kata berikutnya saling berkaitan. Kata /jaman/ memiliki makna waktu atau kejadian pada masa lalu.

Baris keenam //aku melihat gambaran ekonomi//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Dan menunjukkan diri sendiri. Kata ./melihat/ yang berarti menggunakan matanya untuk mengetahui sesuatu. Dan berkaitan dengan kata berikutnya /gambaran/ yang memiliki makna denah atau melukiskan sesuatu. Kata /ekonomi/



Baris ketujuh //di/ etalase/ toko/ yang/ penuh/ merk/ asing//. Kata /di/ memiliki makna sebagai penunjuk keterangan tempat. Kata /etalage/ memiliki makna tempat untuk meletakkan sesuatu. Kata /toko/ memiliki makna tempat untuk menjual barang-barang. Kata /yang/ merupakan kata sambung, yang berfungsi untuk menyambung kalimat berikutnya agar mempunyai arti. Dan diikuti oleh kata /penuh/ memiliki makna sudah berisi semuanya. Kata /merk/ memiliki makna cap atau tanda yang menyatakan nama. Kata /asing/ memiliki makna luar negeri atau negara lain.

Baris kedelapan //dan/ jalan-jalan/ bobrok/ antar/ desa//. Kata /dan/ berfungsi sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang ada di belakangnya. Kata /jalan-jalan/ memiliki makna tempat untuk lalu lintas. Kata /bobrok/ memiliki makna rusak. Kata /antar desa/ memiliki makna desa satu dengan desa lain.

Baris kesembilan //yang/ tidak/ memungkinkan/ pergaulan//. Kata /yang/ merupakan kata sambung, yang berfungsi untuk menyambung kalimat. Kata tidak memungkinkan pergaulan memilki makna menolak bila terjadi kehidupan bersama-sama dalam kelompok.

Baris kesepuluh //Aku/ melihat/ penggarongan/ dan/ pembusukan//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /melihat/ memiliki makna menyaksikan sesuatu dengan indra penglihatan. Kata /penggarongan/ memiliki makna perampokan. Dipilih oleh penyair karena meiliki nilai estetika yang tinggi, dan menggambarkan kekerasan sesuai dengan apa yang terjadi. Kata /dan/ sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang di belakangnya. Kata /pembusukan/ memiliki makna suatu hal yang menjadikan busuk atau bau yang tidak enak.

Baris kesebelas //Aku/ meludah/ di atas/ tanah//. Kata /aku/ merupakan repetisi atau perulangan dari baris sebelumnya, yang memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /meludah/ menyemburkan atau megeluarkan air dari mulut. Dan kata /di atas tanah/ memiliki makna bagian bawah.

Baris keduabelas //Aku/ berdiri/ di/ muka/ kantor/ polisi//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kemudian berikutnya Kata /berdiri/ memiliki makna tegak bertumpu pada kaki (tidak duduk dan tidak berbaring). Kata /di/ memiliki makna sebagai penunjuk keterangan tempat. Kata /muka/ memiliki makna bagian depan. Kata /kantor polisi/ memilki makna tempat untuk menghukum orang-orang yang melakukan kejahatan.

Baris ketigabelas //Aku/ melihat/ wajah/ berdarah/ seorang/ demonstran//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /melihat/ memiliki makna menyaksikan sesuatu dengan indra penglihatan. Kata berdarah dipilih oleh penyair karena memiliki nilai estetika. Dan menggunakan majas perumpamaan, yang memiliki makna berbakat. Kata /seorang demonstran/ memiliki makna orang yang ikut berdemonstrasi.

Baris keempatbelas //Aku/ melihat/ kekerasan/ tanpa/ undang-undang//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /melihat/ memiliki makna menyaksikan sesuatu dengan indra penglihatan. Kata /kekerasan/ memiliki makna sifat keras, atau pemaksaan. Kata /tanpa/ memiliki makna tidak ada. Kata /undang-undang/ memiliki makna ketentuan dan peraturan-peraturan seperti larangan, hukuman, yang dibuat oleh pemerintah suatu negara.

Baris kelimabelas //Dan/ sebuah/ jalan/ panjang//. Kata /dan/ berfungsi sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang ada di belakangnya. Kemudian kata /sebuah jalang panjang/ memiliki makna satu tempat untuk lalu lintas yang panjang.

Baris keenambelas //penuh/ debu//. Kata /penuh/ memiliki makna sudah berisi semuanya. Kemudian kata /debu/ memiliki makna serbuk halus dari tanah.

Baris ketujuhbelas //penuh/ kucing-kucing/ liar//. Kata /penuh/ merupakan repetisi atau perulangan dari baris sebelumnya, yang memiliki makna sudah berisi semuanya. Kata /kucing-kucing liar/ memiliki makna kucing-kucing atau binatang lebih dari satu yang tidak jinak.

Baris kedelapanbelas //penuh/ anak-anak/ berkudis//. Kata /penuh/ merupakan repetisi atau perulangan dari baris sebelumnya, yang memiliki makna sudah berisi semuanya. Kata /anak-anak/ memiliki makna banyak anak. Kata /berkudis/ memiliki makna menderita penyakit kulit. Maksut dari kata berkudis mengandung majas perumpamaan.

 Baris kesembilanbelas //penuh/ serdadu-serdadu/ yang/ jelek/ dan/ menakutkan/. Kata /penuh/ merupakan repetisi atau perulangan dari baris sebelumnya, yang memiliki makna sudah berisi semuanya. Kata /serdadu-serdadu/ memiliki makna banyak prajurit atau tentara asing. Penyair memilih kata ini karena memiliki intensitas estetika. Kata /yang/ merupakan kata sambung, yang berfungsi untuk menyambung kalimat. Kemudian kata /jelek/ memiliki makna buruk atau tidak baik.Kata /dan/ sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang di belakangnya. Kata /menakutkan/ memiliki makna menjadikan orang takut atau tidak berani.

Baris keduapuluh //Aku/ berjalan/ menempuh/ matahari//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kemudian kata /berjalan/ memiliki makna melangkahkan kaki serta bergerak maju. Kata /menempuh/ memiliki makna /maju atau melawan. Kata /matahari/ memiliki makna bola di langit yang mendatangkan terang dan panas pada siang hari. Kalimat di atas mengandung majas personifikasi.

Baris keduapuluhsatu //menyusuri/ jalan/ sejarah/ pembangunan//. Kata /menyusuri jalan/ memiliki makna berjalan mengelilingi tempat-tempat sejarah pembangunan.

Baris keduapuluhdua //yang/ kotor/ dan/ penuh/ penipuan//. Kata /yang/ merupakan kata sambung, yang berfungsi untuk menyambung kalimat. Kata /kotor/ memiliki makna tidak bersih. Kemudian kata /dan/ sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang di belakangnya. Kata /penuh/ memiliki makna sudah berisi semuanya. Kata /penipuan/ memiliki makna perbuatan menipu atau memperdayakan sesuatu.

Baris keduapuluhtiga //Aku/ mendengar/ orang/ berkata//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /mendengar/ memiliki makna dapat menangkap suara atau bunyi dari telinga. Kata /orang/ memilki makna manusia. Kemudian kata /berkata/ memiliki makna melahirkan isi hati atau mengeluarkan isi hati.

Baris keduapuluhempat //Hak azasi manusia tidak sama di mana-mana//. Kalimat ini memiliki makna kebenaran mengenai asas manusia tidak sama di mana-mana.

Baris keduapuluhlima //Di sini, /demi iklim pembangunan yang baik//. Kata /di sini/ memiliki makna kata penunjuk tempat. Kemudian kata /demi iklim pembangunan yang baik/ memiliki makna untuk kepentingan iklim pembangunan yang baik.

Baris keduapuluhenam //kemerdekaan/ berpolitik/ harus/ dibatasi//. Kata /kemerdekaan/ memiliki makna kebebasan. Kata /berpolitik/ memiliki makna menjalankan politik. Kata /harus/ memiliki makna wajib. Kemudian kata/dibatasi/ memiliki makna ditentukan batasannya.

Baris keduapuluhtujuh //Mengatasi kemiskinan//. Kalimat ini memiliki makna kemelaratan diatasi atau diantisipasi.

Baris keduapuluhdelapan //meminta pengorbanan sedikit hak azazi//. Kalimat ini memiliki makna meminta pengorbanan sedikit kebenaran mengenai asas.

Baris keduapuluhsembilan //Astaga, tahi kerbo apa ini//. Pada kalimat ini mengandung majas sarkasme yakni sindiran kasar.

Baris ketigapuluh //Apa disangka kentut bisa mengganti rasa keadilan//. Pada kata /kentut/ mengandung majas perumpamaan.

Baris ketigapuluhsatu //Di negeri ini hak azazi dikurangi//. Kalimat ini memiliki makna Negeri ini kebenaran mengenai asas dikurangi.

Baris ketigapuluhdua //justru untuk membela yang mampu dan kaya//. Kalimat ini memiliki makna tepat benat membela yang mampu dan kaya.

Baris ketigapuluhtiga //Buruh, tani, nelayan, wartawan, dan mahasiswa//. Kata /buruh/ memiliki makna orang yang bekerja dengan mendapat gaji. Kata /tani/ memiliki makna orang yang mata pencahariannya bercocok tanam. Kata nelayan memiliki makna orang yang mata pencahariannya mencari ikan di laut. Kata /wartawan/ memiliki makna orang yang pekerjaannya meliput berita untuk surat kabar atau majalah. Kata /mahasiswa/ memiliki makna pelajar perguruan tinggi.

Baris ketigapuluhempat //dibikin tak berdaya//. Kalimat ini memiliki makna dijadikan tidak bisa apa-apa tau tidak bisa melakukan sesuatu apapun.

Baris ketigapuluhlima //O, kepalsuan yang diberhalakan//. Kalimat ini memiliki makna suatu yang tidak benar diagung-agungkan atau menyembah patung.

Baris ketigapuluhenam //berupa jauh akan bisa kau lawan kenyataan kehidupan//. Kalimat ini memiliki makna berwujud jauh bisa dilawan dengan kenyataan kehidupan.

Baris ketigapuluhtujuh //Aku/ mendengar/ bising/ kendaraan//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /mendengar/ memiliki makna dapat menangkap suara atau bunyi dari telinga. Kata /bising/ memiliki makna suara atau bunyi ramai. Kemudian kata kenderaan memiliki makna alat transportasi.

Baris ketigapuluhdelapan //Aku/ mendengar/ pengadilan/ sandiwara//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /mendengar/ memiliki makna dapat menangkap suara atau bunyi dari telinga. Kata /pengadilan/ memiliki makna tempat untuk mengadili seseorang. Kata /sandiwara/ memiliki makna berpura-pura atau tidak sesuai dengan fakta yang ada.

Baris ketigapuluhsembilan //Aku/ mendengar/ warta/ berita//. Kata Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /mendengar/ memiliki makna dapat menangkap suara atau bunyi dari telinga. Kata /warta berita memiliki makna orang yang memberikan informasi tentang berita.

Baris keempatpuluh //Ada gerilya kota merajalela di Eropa//. Kalimat ini memiliki makna perang antar saudara yang sangat banyak di Eropa.

Baris keempatpuluhsatu //Seorang cukong bekas kaki tangan facist//. Kalimat ini memiliki makna seorang pesuruh mantan kaki tangan.

Baris keempatpuluhdua //seorang/ yang/ gigih,/ melawan/ buruh//. Penggunaan kata /seorang/ mempunyai arti satu orang tidak lebih. Kata /yang/ merpakan kata sambung. Kata /gigih/ memiliki makna kuat. Kata /melawan/ memiliki makna memberontak atau tidak sependapat dengan apa yang ada. Kata /buruh/ memiliki makna orang yang bekerja dengan mendapat gaji.
                                            
Baris keempatpuluhtiga //telah diculik dan dibunuh//. Kalimat ini menjelaskan kalimat di atasnya, bahwa buruh diculik dan dibunuh.

Baris keempatpuluhempat //oleh golongan orang-orang yang marah//. Melengkapi kalimat di atasnya diculik dan dibunuh oleh orang-orang yang jahat.

Baris keempatpuluhlima //Aku/ menatap/ senjakala/ di pelabuhan//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /menatap/ memiliki makna melihat.


Baris keempatpuluhenam //Kakiku ngilu//. Kalimat ini memiliki makna kakinya yang sedang sakit atau nyeri.

Baris keempatpuluhtujuh //dan/ rokok/ di/ mulutku/ padam/ lagi//. Kata /dan/ sebagai kata sambung, yaitu menyambung frasa yang di belakangnya. Kata /rokok/ mempunyai arti benda yang memiliki bentuk panjang yang cara penggunaanya dihisap. Kata /di/ kata ini mempunyai arti sebagai penunjuk keterangan tempat. Kata /mulutku/ memiliki makna tempat untuk memasukkan sesuatu atau tempat untuk mengeluarkan kata-kata. Kata /padam/ dipilih oleh penyair karena meiliki nilai estetika yang tinggi. Dan mempunyai makna mati atau tidak nyala. Kemudian kata /lagi/ memiliki makna diulang.

Baris keempatpuluhdelapan //Aku melihat darah di langit//. Kata /aku/ memiliki makna kata ganti orang pertama. Kata /melihat/ memiliki makna menyaksikan sesuatu dengan indra penglihatan. Kalimat ini mengandung majas personifikasi.


Baris keempatpuluhsembilan //Ya ! Ya ! Kekerasan mulai mengeluarkan senjata//. Kalimat ini memiliki makna kekerasan mulai menjadi-jadi.

Baris kelimapuluh //Bajingan dilawan secara bajingan//.  Kata /bajingan/ memiliki makna sesuatu yang salah, melanggar norma atau suatu tindakan yang kurang ajar. Dan dilawan atau secara seperti itu juga.

Baris kelimapuluhsatu //Ya ! Inilah kini kemungkinan yang mulai menggoda orang//. Kalimat ini menjelaskan kalimat sebelumnya, bahwa kekerasan yang disukai banyak orang jaman sekarang.

Baris kelimapuluhdua //Bila pengadilan tidak menindak bajingan resmi//. Kalimat ini memiliki makna jika pengadilan tidak mengadili orang yang salah..

Baris kelimapuluhtiga //maka bajingan jalanan yang akan mengadili//. Kalimat ini memiliki makna orang-orang di luar sana yang mengadili orang-orang yang berbuat salah.

Baris kelimapuluhempat //Lalu apa kata nurani kemanusiaan ?//. Kalimat ini memiliki makna apa artinya kemanusiaan.

Baris kelimapuluhlima //Siapakah yang menciptakan keadaan darurat ini ?//. Kalimat ini memiliki makna siapa yang menciptakan keadaan seperti ini.

Baris kelimapuluhenam //Apakah orang harus meneladan tingkah laku bajingan
resmi ?//. Kalimat ini memiliki makna apakah orang harus mengikuti orang-orang yang salah.

Baris kelimapuluhtujuh //Bila tidak, kenapa bajingan resmi tidak ditindak ?//. Jika todak, kenapa orang-orang yang melakukan kesalahan tidak dihukum.

Baris kelimapuluhdelapan //Apakah kata nurani kemanusiaan ?//. Kalimat ini memiliki makna apa kata hati yang manusiawi.
Kesimpulan
Berdasarkan kajian teori, hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dapat ditarik simpulan sebagai berikut.
  1. Berdasarkan hasil analisis tersebut, dapat disimpulkanan bahwa dalam sajak Rendra  “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon” digunakan beberapa gaya bahasa. Gaya bahasa tersebut yaitu: (a) perbandingan meliputi hiperbola, personifikasi, perumpaman, sarkasme; b) perulangan; (c) penegasan meliputi repetisi.
  2. Gaya bahasa yang paling dominan dipakai dalam sajak Rendra “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon” adalah personifikasi. Namun dalam sajak ini banyak yang tidak menggunakan gaya bahasa.
  3. Nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam sajak Rendra “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon”, berdasarkan hasil analisis terdiri dari tiga nilai. Nilai-nilai pendidikan tersebut yaitu: (a) Nilai pendidikan moral yaitu suatu nilai yang menjadi ukuran patut tidaknya manusia bergaul dalam kehidupan bermasyarakat, dalam sajak Rendra “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon” nilai tersebut dapat tersirat melalui pemanfaatan gaya bahasa sarkasme. (b) Nilai pendidikan sosial yaitu suatu kesadaran dan emosi yang relatif lestari terhadap suatu objek, gagasan, atau orang, dalam sajak Rendra “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon” nilai tersebut dapat tersirat karena ada pemanfaatan dari gaya bahasa hiperbola, personifikasi, dan perumpamaan. (c) Nilai pendidikan budaya tingkat yang palig tinggi dan yang paling abstrak dari adat istiadat, dalam sajak Rendra “Sajak Seorang Tua di Bawah Pohon”.








Tidak ada komentar:

Posting Komentar