Selasa, 06 Desember 2011

Alay


Alay,Sebuah Kreativitas atau Penghambat dalam Bahasa Indonesia??
Belakangan ini sering kita jumpai berbagai bahasa yang terkesan sangat santai dan sederhana. Tapi unsur bahasanya dinilai kurang ilmiah dan tidak patut untuk diterapkan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahasa Alay. Hampir semua kalangan muda-mudi mengenalnya. Bahasa Alay ini merebak dan tersebarluas di kalangan remaja. Bahasa Alay sendiri sesungguhnya adalah bahasa lisan yang dituliskan. Sehingga bisa menjadi bahasa tulisan. Bahasa Alay kerap kita jumpai di SMS,chatt, atau media sicoalnetwork lainnya. bahasa ini bermula dari kebiasaan berbahasa singkat dalam SMS untuk mempersingkat karakter. Karena kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang,bahasa Alay akhirnya menjadi budaya dan melekat di kalangan remaja. Kalau ditelusuri secara mendalam, bahasa ini hanya terdapat dalam negeri ini. Dan hanya tercipta di Indonesia serta tersebarluas dan menjamur subur belakangan ini. Entah siapa yang memulainya tidak bisa kita kenali secara jelas. Yang pasti bahasa Alay sudah meracuni gaya berbahasa Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Esther Kuntjara, pakar Linguistik Universitas Kristen Petra Surabaya, perkembangan bahasa Alay dapat dilihat dari dua sisi. Satu sisi bahasa Alay menunjukkan kreativitas anak-anak muda. Namun, di sisi lain dapat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari sehingga mempengaruhi bahasa tulis anak-anak muda. “Ketika harus menulis secara resmi, dikhawatirkan kebiasaan menulis dengan bahasa ‘alay’ muncul,” katanya.
Kekhawatiran pengaruh bahasa Alay terhadap bahasa Indonesia memang sangat terasa. Misalnya, dikhawatirkan siswa ataupun mahasiswa membawa kebiasaan berbahasa Alay dalam keseharian di kampus saat berada di ruang intelektual ataupun ketika ulangan. Salah satu indikatornya, dalam ujian tertulis di sekolah atau kampus, siswa dan mahasiswa cenderung menyingkat kata yang tidak biasa. Kebiasaan ini, kata Esther, akan membuat kita semakin sulit untuk mendefinisikan berbahasa satu, bahasa Indonesia seperti yang diikrarkan pada Sumpah Pemuda.
“Sekarang ini saat ujian tulis terkadang muncul singkatan-singkatan yang kerap digunakan siswa saat melakukan sms atau chatting di facebook,”  tambahnya.
Esther menyontohkan penulisan ‘tempat’ jadi ‘t4’, ‘mata-mata’menjadi’ mata^^’ , ‘you’ jadi ‘u’, ‘apa’ jadi ‘aPa’ dan sebagainya. Disinyalir gaya bahasa yang sangat santai dan tidak memperhatikan kesopanan tersebut lambat naun dapat mengubah gaya hidup generasi muda.

Selain itu bahasa Indonesia yang selama ini menjadi bahasa “Ibu” akan tergeser dengan gaya bahasa tersebut. Apabila sudah demikian,maka akan semakin sulit bagi generasi berikutnya untuk bisa memahami dan mengerti bahasa Indonesia seutuhnya. Bahasa Alay sudah teramat akut untuk ditanggulangi. Karena hampir semua remaja nusantara telah mengenalnya bahkan telah menggunakannya dalam keseharian mereka. Solusi dini yang bisa diterapkan adalah kesadaran dari setiap generasi muda untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta menjaga keutuhan bahasa Indonesia seperti apa yang telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar