Sabtu, 10 Desember 2011

SIAPA TUHAN ITU ?


SIAPA TUHAN
Ketika kita berfikir mengapa kita harus ber-Tuhan, dan menghayati apa yang menjadi kegundahan hati, maka tentulah fikiran jenuh dan tidak nyambung dengan akan adanya Tuhan. Oleh karena itu, kategori-kategori di katakan Tuhan itu haruslah jelas dan bukan hanya sekedar bersifat doktrinal yang tidak bisa di pertanggung jawabkan secara akal.Dan kalau jadinya seperti itu maka bisa di katakan Tuhan hanyalah mitos belaka. Oleh karena itu gunakanlah akal kita untuk mencari dan memahami Tuhan.
Dan mari kita telisik Tuhan dari sisi agama islam, apakah Tuhan dalam Islam itu bisa di katakan benar-benar Tuhan.? Kata Allah untuk umat islam sudah jelas adalah nama yang berdiri sendiri (proper name) pencipta jagat raya dan makhluk seluruhnya. Terlepas dari dasar filologi (ilmu bahasa-bahasa serumpun) yang dimiliki, karena Al-Qur’an telah menyebutkan dengan jelas dan menyeru manusia untuk menyembah pencipta makhluk yaitu Allah SWT.
‘’katakanlah:’’ Dia-lah Allah, Yang Maha Esa
Allah adalah Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (Al-Ikhlas, 1-2)
Dari sini kita mengetahui bahwa tuhan itu tunggal dan tidak ada yang menyamai, lain dari yang lain dan semuanya bergantung pada-Nya, ayat di atas menjelaskan bahwa keabsolutan Tuhan itu memang kebenaran yang mutlak dan tidak terbantahkan. Dan sebagai konsekuensinya kita harus melakukan apa yang di perintahkan dan apa yang dilarangnya.
katakanlah:’’serulah Allah atau serulah ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru. Dia mempunyai al-asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)… ‘’(Al-Isra’.)
Terlepas dari penafsiaran huruf ”Allah” yang merupakan pemadatan dari kata Al dan Ilah (musytaq), umat islam dengan sangat pasti mengenal kata atau huruf Allah yang terdiri dari huruf- Alif Lam Lam Ha- dari Al-Qur’an , kata atau huruf Allah tersebut terdapat banyak didalam Al-qur’an ,sehingga sudah pasti seluruh umat islam (kaya dan miskin , cerdas atau tidak) bisa mengenal kata Allah sebagai Tuhannya. Serta tentu pula wajib menjaga nama tersebut dari segala fitnah .
Sementara itu pertanyaan besar bagi muslim lainnya akan muncul, “apakah Tuhan yang meraka (non muslim) sebut, sama dengan Tuhan yang kita (muslim ) akui ?” Kenapa bertanya seperti itu ? Karena namanya sama yaitu Allah !!!
Tepatlah apa yang dilakukan oleh pemerintah malaysia mengenai larangan non muslim menggunakan kata Allah , seperti yang dikatakan “Abdullah Zin kepada pers bahwa kabinet telah menyetujui bahwa kata itu (Allah) hanya boleh digunakan oleh Muslim. Zin berkata, kabinet menyepakati bahwa kata "Allah", mengacu pada Tuhan Muslim dan hanya bisa digunakan oleh umat Muslim, yang terdiri dari 60 persen dalam populasi Malaysia. Kemudian larangan itu di perbarui keputusannya dengan penggunaan kata “Allah”. Dan sebenarnya larangan ini di maksudkan untuk menghindari terjadinya konflik rasial di Negara jiran itu.
Sekiranya kaum di luar islam merasa benar tentang penggunaan nama Tuhan dengan sebutan ALLAH maka syari’at dan dalam mengenal tuhan serta ibadah padanya harus sesuai dengan apa yang di perintahkan oleh Allah SWT.
Adalah merupakan tugas Muhammad SAW bukan mengenalkan keberadaan Allah SWT, sebab mereka sudah kenal Allah. Tugas beliau juga bukan untuk menerangkan bahwa Allah SWT adalah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi, sebab mereka sudah tahu. Tugas beliau adalah memastikan bahwa ketika mereka hanya menyembah Allah SWT saja yang Esa, tanpa adanya tuhan-tuhan lain serta konsep Tuhan lainnya yang disembah bersama-Nya. Sehingga motto dakwah beliau adalah: LAA ILAAHA ILLALLAH, yaitu tidak ada tuhan yang patut disembah dengan haq kecuali hanya Allah saja.
Di pertegas bahwa orang arab telah kenal Allah sebelum Muhammad datang, dalam Al-qur’an.
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka ‘’siapakah yang menjadikan langit dan bumi dan menundukkan matahari dan bulan?’’ tentu mereka akan menjawab ‘’Allah”. Maka betapakah mereka (dapat) di palingkan (dari jalan yang benar)’’. (QS Al-Ankabut: 61).
Islam lebih jelas dalam menerangkan antara sebutan Tuhan dengan konsep ketuhanan dan bentuk ibadahnya. Maka dari itu sesungguhnya Tuhan umat di dunia ini adalah Allah swt yang mengajarkan cara menyebut dan melakukan tata cara menyembahnya.
Benar, agama Islam yang di bawa nabi Muhammad SAW memang mewajibkan penghancuran semua berhala baik yang nyata maupun yang tersembunyi oleh konsep teologi dan filosofi, juga menafikan semua undang-undang, system, agama, ideologi, dan peraturan yang bersumber dari selain Allah. Seorang tidak di katakan muslim sebelum dia mengakui tidak ada tuhan selain Allah dan tidak ada hukum selain hukum yang Allah turunkan (Al-Qur’an).

 

Selasa, 06 Desember 2011

Alay


Alay,Sebuah Kreativitas atau Penghambat dalam Bahasa Indonesia??
Belakangan ini sering kita jumpai berbagai bahasa yang terkesan sangat santai dan sederhana. Tapi unsur bahasanya dinilai kurang ilmiah dan tidak patut untuk diterapkan dalam berbahasa Indonesia dengan baik dan benar.
Bahasa Alay. Hampir semua kalangan muda-mudi mengenalnya. Bahasa Alay ini merebak dan tersebarluas di kalangan remaja. Bahasa Alay sendiri sesungguhnya adalah bahasa lisan yang dituliskan. Sehingga bisa menjadi bahasa tulisan. Bahasa Alay kerap kita jumpai di SMS,chatt, atau media sicoalnetwork lainnya. bahasa ini bermula dari kebiasaan berbahasa singkat dalam SMS untuk mempersingkat karakter. Karena kebiasaan yang dilakukan secara berulang-ulang,bahasa Alay akhirnya menjadi budaya dan melekat di kalangan remaja. Kalau ditelusuri secara mendalam, bahasa ini hanya terdapat dalam negeri ini. Dan hanya tercipta di Indonesia serta tersebarluas dan menjamur subur belakangan ini. Entah siapa yang memulainya tidak bisa kita kenali secara jelas. Yang pasti bahasa Alay sudah meracuni gaya berbahasa Indonesia.
Menurut Prof. Dr. Esther Kuntjara, pakar Linguistik Universitas Kristen Petra Surabaya, perkembangan bahasa Alay dapat dilihat dari dua sisi. Satu sisi bahasa Alay menunjukkan kreativitas anak-anak muda. Namun, di sisi lain dapat mempengaruhi penggunaan bahasa sehari-hari sehingga mempengaruhi bahasa tulis anak-anak muda. “Ketika harus menulis secara resmi, dikhawatirkan kebiasaan menulis dengan bahasa ‘alay’ muncul,” katanya.
Kekhawatiran pengaruh bahasa Alay terhadap bahasa Indonesia memang sangat terasa. Misalnya, dikhawatirkan siswa ataupun mahasiswa membawa kebiasaan berbahasa Alay dalam keseharian di kampus saat berada di ruang intelektual ataupun ketika ulangan. Salah satu indikatornya, dalam ujian tertulis di sekolah atau kampus, siswa dan mahasiswa cenderung menyingkat kata yang tidak biasa. Kebiasaan ini, kata Esther, akan membuat kita semakin sulit untuk mendefinisikan berbahasa satu, bahasa Indonesia seperti yang diikrarkan pada Sumpah Pemuda.
“Sekarang ini saat ujian tulis terkadang muncul singkatan-singkatan yang kerap digunakan siswa saat melakukan sms atau chatting di facebook,”  tambahnya.
Esther menyontohkan penulisan ‘tempat’ jadi ‘t4’, ‘mata-mata’menjadi’ mata^^’ , ‘you’ jadi ‘u’, ‘apa’ jadi ‘aPa’ dan sebagainya. Disinyalir gaya bahasa yang sangat santai dan tidak memperhatikan kesopanan tersebut lambat naun dapat mengubah gaya hidup generasi muda.

Selain itu bahasa Indonesia yang selama ini menjadi bahasa “Ibu” akan tergeser dengan gaya bahasa tersebut. Apabila sudah demikian,maka akan semakin sulit bagi generasi berikutnya untuk bisa memahami dan mengerti bahasa Indonesia seutuhnya. Bahasa Alay sudah teramat akut untuk ditanggulangi. Karena hampir semua remaja nusantara telah mengenalnya bahkan telah menggunakannya dalam keseharian mereka. Solusi dini yang bisa diterapkan adalah kesadaran dari setiap generasi muda untuk tetap menjaga dan melestarikan bahasa Indonesia dengan baik dan benar serta menjaga keutuhan bahasa Indonesia seperti apa yang telah diikrarkan dalam Sumpah Pemuda.